Saturday, September 20, 2008

Goa Maria Tritis, dari keangkeran ke kedamaian

pakansi goa maria tritis, jalan-jalanSebelum 1974, goa ini sangat sepi. Selain tempatnya terpencil, Goa Tritis yang berada di Kecamatan Paliyan ini semula dikenal sebagai goa yang angker.

Kalaupun ada yang datang, biasanya untuk keperluan mistik seperti bertapa.

Namun saat ini, Goa Tritis berubah total. Dari semula goa yang angker dan dihindari orang, kini tempat ini justru didatangi ribuan umat Katolik. Goa ini juga menjadi tempat orang mencari kedamaian. Terlebih ketika Mei dan Oktober yang bagi umat Katolik disebut Bulan Maria. Pada bulan-bulan ini Paroki Wonosari menjadwalkan tiap Minggu diselenggarakan ibadah ekaristi didahului prosesi jalan salib. Selama Mei 2008 lalu Goa Maria Tritis ini dikunjungi tidak kurang dari 25 ribu umat Katolik dari seluruh Indonesia.

Goa Maria Tritis, pertama dikenal umat Katolik sekitar tahun 1974. Pertama kali yang menemukan goa ini adalah seorang siswa SD Sanjaya Giring yang kemudian dilaporkan kepada Romo (pastor) Al. Hardjosudarmo SJ yang saat itu kebingungan mencari tempat untuk merayakan hari natal. Tempat ini akhirnya mendapat pemberkatan dari Uskup Agung Kardinal Darmojuwono SJ. Sejak mendapat pemberkatan itulah, Goa Tritis, banyak dikunjungi umat Katolik dari berbagai penjuru Nusantara.

Goa yang juga menjadi taman lourdes-nya Paroki Wonosari ini nampak masih asri dengan tetesan air dari langit-langit goa yang mengandung air kapur dan memunculkan stalaktit dan stalagmit yang memberi daya tarik tersendiri.

Goa Maria Tritis ini terletak di Dustin Bulu, desa Giring Kecamatan Paliyan Gunungkidul sekitar 17 kilometer arah selatan dari pusat ibu kota Kabupaten Wonosari atau sekitar 7 kilometer ke arah utara dari pantai Baron. Sampai sekarang belum ada jalur angkutan umum yang mencapai Goa Maria Tritis. Untuk menuju ke sana, dari kota Wonosari mengambil arah Paliyan. Sampai pertigaan Giring belok sekitar 7 kilometer.

Friday, September 19, 2008

Melacak jejak Nyi Ageng Serang

Nyi Ageng Serang punya nama asli Raden Ajeng Kustiyah Retna Edi. Dia adalah putri bungsu dari Bupati Serang, Panembahan Natapraja.

Meski merupakan putra bangsawan, namun sejak kecil Nyi Ageng Serang dikenal dekat dengan rakyat. Setelah dewasa dia juga tampil sebagai salah satu panglima perang melawan penjajah. Semangatnya untuk bangkit selain untuk membela rakyat, juga dipicu kematian kakaknya saat membela Pangeran Mangkubumi melawan Paku Buwana I yang dibantu Belanda.

Setelah Perjanjian Giyanti, Nyi Ageng Serang pindah ke Jogja bersama Pangeran Mangkubumi. Namun perjuangan melawan pasukan penjajah terus dia lanjutkan. Saat itu Nyi Ageng Serang memimpin pasukan yang bernama Pasukan Siluman dengan keahlian Serang yang cepat hingga membuat pasukan musuh kerap kocar-kacir. Pasukan ini juga menjadi salah satu pasukan yang sangat diperhitungan Belanda waktu itu.

Ketika Perang Diponegoro berkobar pada 1825, Nyi Ageng Serang juga menjadi salah satu panglima perangnya. Pasukannya semakin besar karena dibantu oleh kalangan bawah, khususnya petani yang banyak bergabung dengan pasukannya. Nyi Ageng Serang juga dikenal sebagai ahli siasat dan. negosiasi. Nyi Ageng Serang meninggal karena usia yang sudah lanjut dan dimakamkan di Dusun Beku, Pagerarjo, Kalibawang, Kulonprogo. Makam ini terletak di atas bukit kurang lebih 6 km dari jalan Dekso-Muntilan. Jarak dari Yogyakarta ± 32 km, dari kota Wates ± 30 km.

Makam ini dipugar pada 1983 dengan bangunan berbentuk joglo. Pada saat dipugar, makam suami, ibu, cucu dan yang telah dimakamkan di desa Nglorong, Kabupaten Sragen di pindahkan di tempat ini.

Selain makam Nyi Ageng Serang, di Kulonprogo, juga dibangun monumen Nyi Ageng Serang. Monumen ini menggambarkan sosok Nyi Ageng Serang sedang memimpin pasukannya sambil mengendarai kuda.

Thursday, September 18, 2008

Gereja Ganjuran, kedamaian Yesus dalam nuansa Jawa

pakansi gereja ganjuran, jalan-jalanDua bersaudara keturunan Belanda, Joseph Smutzer dan Julius Smutzer pada 1924 memprakarsai untuk membangun sebuah gereja di Ganjuran. Keberadaan dua orang Belanda ini tidak lepas dengan keberadaan pabrik Gula Gondang Lipuro yang ada di daerah itu sejak sekitar 1912. Pembangunan gereja dirancang oleh arsitek Belanda J Yh van Oyen

Setelah gereja selesai, selan¬jutnya pada sekitar 1927 dibangun Candi Hati Kudus Yesus. Yang unik, dalam candi ini terdapat relief patung Kristus dengan pakaian Jawa selain juga ada relief bunga teratai. Bukan hanya dalam hal relief, dalam kegiatan keagamaan yang dilakukan di gereja juga selalu bernuansa Jawa baik dalam bahasa maupun dalam tata cara berpakaian.

Kompleks Gereja Ganjuran secara jelas terlihat merupakan bangunan dengan penggabungan beberapa unsur budaya seperti Jawa, Eropa serta agama Hindu. Gaya Eropa dapat ditemui pada bentuk bangunan berupa salib bila dilihat dari udara, sementara gaya Jawa bisa dilihat pada atap yang berbentuk tajug, bisa digunakan sebagai atap tempat ibadah. Atap itu disokong oleh empat tiang kayu jati, melambangkan empat penulis Injil, yaitu Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.

Altar juga terlihat bernuansa Jawa. Patung Yesus dan Banda Maria yang tengah menggendong putranya diwujudkan sedang berpakaian Jawa. Yesus digambarkan memiliki rarnbut mirip seorang pendeta Hindu. Gereja Ganjuran juga memiliki air suci yang berada di sekitar candi. Air ini dipercaya bisa menyembuhkan sejumlah penyakit.

Gereja yang mempunyai nama lengkap Gereja Hati Kudus Yesus Ganjuran ini terletak di Desa Ganjuran, Bambanglipuro, Bantul atau sekitar 20 km arah SelatanJogja. Daerah Ganjuran, dikenal sejak lama dalam sejarah Mataram. Dalam Babad tanah Jawa, Ganjuran adalah dulunya merupakan Alas Mentaok yang dinamakan Lipuro. Disebutkan pula dulu. Panembahan Senopati pernah bertapa di tempat ini. Tempat ini juga pemah direncanakan menjadi pusat Kerajaan Mataram Namu rencana itu batal.

Perubahan nama menjadi Ganjuran sendiri berkaitan dengan kisah percintaan Ki Ageng Mangir dan Rara Pembayun yang diasingkan oleh Mataram Kisah cinta dua orang tersebut yang kemudian mengilhami penciptaan tembang Kala Ganjur, berarti tali pengikat dasar manusia dalam mengarungi kehidupan bersama, Dan tembang itulah kemudian mananya menjadi Ganjuran.

Wednesday, September 17, 2008

Makam imajiner Malik Ibrahim

Syeh Maulana Maghribi adalah seorang saudagar Arab yang giat menyebarkan agama Islam di tempat-tempat yang disinggahi. Makamnya terletak di sebuah bukit di daerah Mancingan, Bantul.

Siapa sebenarnya Maulana Maghribi? Berdasarkan Babad Demak disebutkan tokoh ini merupakan salah satu pendatang dari Pasai, bahkan dipercaya sebagai keturunan Nabi Muhammad. Dia juga merupakan salah satu wali di tanah Jawa.

Setelah runtuhnya Majapahit dan digantikan dengan kekuasaan Islam Demak, para wali kemudian membagi wilayah dakwah. Semula Syeh Maulana Maghribi ditugasi ke daerah Blambangan dan kemudian menjadi menantu bupati di sana. Namun dengan alasan yang tidak jelas, Maghribi kemudian diusir dari daerah tersebut.

Setelah itu Maghribi pergi ke Tuban untuk bertemu dengan Sunan Bejagung dan Syekh Siti Jenar. Dari tempat ini kemudian dia melanjutkan perjalanan hingga sampai ke daerah Mancingan, Bantul dan bertemu dengan Kyai Selaening. Semula Syeh Maghribi tidak menyebutkan jati dirinya dan pura-pura menjadi murid Selaening. Namun lama kelamaan kedoknya itu terbongkar.

Saat itu kemudian terjadi debat agama antara Kyai Selaening dan Syeh Maghribi yang berakhir pada masuknya Selaening ke Islam. Dikisahkan Syeh Maghribi kemudian tinggal beberapa lama di daerah itu dia mendirikan padepokan di Gunung Sentana sedang Kyai Selaening tetap ada di sekitar Parangwedang.

Setelah dianggap cukup, Syeh Maulana Maghribi kemudian meninggalkan Mancingan dan berpesan agar tempatnya dijaga. Lama kelamaan orang kemudian meletakan nisan di sekitar padepokan itu yang dijadikan tempat ziarah. Jadi sebenarnya makam ini bukan makam sebenarnya dari Maghribi.

Syeh Maulana Maghribi yang sebenarnya adalah Syeh Maulana Malik Ibrahim selanjutnya pergi ke Jawa Timur dan meninggal di wilayah Gresik. Banyak keturunannya yang kemudian menjadi raja. Bahkan Ki Pemanahan dan Panembahan Senopati, juga dari garis keturunannya. Untuk mencapai daerah ini orang harus, menaiki tangga selebar kurang lebih 2 meter.

Tuesday, September 16, 2008

Gedung Agung, saksi perjuangan Indonesia muda

Gedung Agung merupakan salah satu istana presiden Indonesia. Terletak di pusat keramaian kota, tepatnya di ujung selatan Jalan Ah¬mad Yani dan menempati lahan seluas 43,585 m2.

Pembangunan gedung utama kompleks bangunan ini dimulai sekitar Mei 1824 dengan diprakarsai oleh Anthony Hendriks Smissaerat, Residers Jogja ke-18 (1823-1825) dan A Payers sebagai arsitek. Namun pembangunan gedung ini sempat terhenti karena Perang Diponegoro (1825-1830) dan baru dilanjutkan pada 1832 setelah perang usai. Pada 10 Juni 1867, bangunan ini ambruk akibat gempa dan bangunan baru didirikan dan selesai pada 1869.

Pada 19 Desember 1927, sta¬tus administratif wilayah Jogja dinaikkan dari karesidenan menjadi provinsi dengan penguasa seorang gubernur. Pada 6 Januari 1946, Ibu Kota Indonesia dipindah ke Jogja. Gedung Agung menjadi istana kepresidenan, sekaligus tempat tinggal Presiden Soekarno beserta keluarganya, sedangkan Wakil Presiden Mohammad Hatta tinggal di gedung yang sekarang ditempati Korem 072/ Pamungkas. Di tempat ini Dulu dilakukan pelantikan Jenderal Sudirman sebagai Panglima, Besar TNI pada 3 Juni 1947.

Pada 19 Desember 1948, Belanda di bawah pimpinan Jenderal Spoor, menyerbu Jogia. Gedung ini dikuasai sepenuhnya oleh Belanda. Baru pada 6 Juli 1949 saat para pimpinan kembali gedung ini kembali. digunakan. Sejak 28 Desember 1949, gedung ini jarang digunakan karena, Ibu Kota kembali ke Jakarta.

Kompleks bangunan di Gedung Agung ini terdiri dari beberapa bangunan, yaitu bangunan Gedung Agung itu sendiri, Wisma Negara, Wisma Indraphrasta, Wisma Sawojajar, Wisma Bumiretawu, dan Wisma, Saptapratala. Di dalam gedung utama terdapat ruang utama yang biasa disebut dengan Ruang Garuda yang difungsikan sebagal ruang resmi untuk menyambut para tamu negara dan tamu khusus lainnya. Di depan Gedung Agung, terdapat patung Dagoba yang berasal dari Desa Cupuwulatu, Prambanan.

Monday, September 15, 2008

Kembang Lampir, petilasan Pemanahan

Kembang Lampir merupakan. petilasan. Ki Ageng Pemanahan yang terletak di Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul. Tempat ini merupakan pertapaan Ki Ageng Pemanahan ketika mencari wahyu karaton Mataram.

Ki Ageng Pemanahan merupakan keturunan Brawijaya V dari kerajaan Majapahit. Dalam bertapa itu akhirnya ia mendapat petunjuk dari Sunan Kalbaga bahwa wahyu karaton berada di Dusun Giring, Desa Sodo, Kecamatan Paliyan, Gunung Kidul. Untuk itu ia diperintahkan oleh Sunan Kalijaga untuk cepat-cepat pergi ke sana. Sampai di Sodo ia singgah ke rumah kerabatnya, Ki Ageng Giring.

Namun selanjutnya dalam perburuan wahyu keraton, justru Ki Ageng Giring yang mendapatkan berupa kelapa. muda (degan) yang jika diminum maka keturunannya akan menjadi raja di tanah Jawa.

Namun, ketika degan itu sedang di tinggal Ki Ageng Giring, Ki Ageng Pemanahan yang baru datang dari Kembang Lampir datang dan langsung meminum degan tersebut. Akibatnya, keturunan dialah yang kemudian menjadi Mataram.

Untuk dapat sampai ke tempat pertapaan ini pengunjung harus melewati anak tangga, permanen yang telah dibangun. Adapun denah kompleks Kembang Lampir berbentuk angka 9 (sembilan). Hal ini sebagai tanda, bahwa kompleks itu dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwana IX. Bangunan yang ada di sana antara, lain : Bangunan induk sebagai tempat penyimpanan pusaka Wuwung Gubug Mataram dan Songsong Ageng Tunggul Naga serta dua buah Bangsal. Prabayeksa di kanan dan di kiri. Sebagai penghormatan kepada para pepundhen Mataram di kompleks itu juga dibangun beberapa patung antara lain Panembahan Senapati dan Ki Ageng Pemanahan, serta Ki Juru Mertani.

Situs sejarah Mataram ini sebenarnya sangat menarik untuk dikunjungi para peneliti, sejarawan, pelajar, dan wisatawan umum. Namun untuk mengunjungi ada beberapa syarat yang kadang sulit dipenuhi seperti harus membawa kembang telon ‘tiga jenis’ minyak wangi, dan kemenyan. Selain itu ada juga aturan pengunjung dilarang menggunakan baju berwarna ungu terong dan hijau lumut.

Sunday, September 14, 2008

Bobung, rezeki peninggalan Sunan Kalijaga

Bobung, desa Putat, kecamatan Patuk jaraknya hanya 10 km arah barat kota Wonosari atau 30 km arah timur Jogja. Daerah ini dikenal sebagai sentra kerajinan batik kayu.

Kerajinan batik kayu di Bobung berawal dari kebutuhan topeng kayu untuk lakon-lakon dalam seni tari Topeng Panji yang berkembang di dusun ini sejak sekitar 1960. Karena tarian itu juga terus berkembang ke daerah lain, maka kebutuhan akan topeng inipun juga meningkat. Tari Panji, nama tarian tersebut, konon diciptakan Sunan Kalijaga sebagai media dakwah. Tarian ini juga masih dipentaskan untuk menghibur pengun¬jung yang datang.

Selain bentuk topengnya khas, mirip dengan penggambaran tokoh wayang purwa yang matanya tertarik ke atas dengan hidung lancip, motif batik yang mendasari pewarnaan topeng menambah nilai keindahan topeng. Dari tahun ke tahun akhirnya daerah ini berkembang sebagai sentra kerajinan batik kayu. Bukan hanya topeng yang diproduksi,tetapi berbagai bentuk kerajinan lain.

Akhirnya, saat ini warga yang semua menjadi petani sejak pertengahan 1980-an masyarakat mulai bergeser menjadi perajin. Kerajinan batik kayu dari Bobung sudah menembus dunia.

Pada tahun 2000, desa ini secara resmi dicanangkan sebagai desa wisata yang menjadikan aktivitas seni di daerah tersebut semakin meningkat. Sikap penduduk yang ramah semakin. menjadikan orang betah berlama-lama di desa ini. Meski hanya sekedar melihat tanpa membeli tidak ada sikap sinis dari pemilik toko. Selain melihat di toko, pengunjung juga bisa langsung melihat produksi topeng.

Kini, kerajinan batik kayu di Bobung sudah berkembang. Modelnya pun tidak terbatas pada bentuk topeng klasik. Berbagai model binatang seperti gajah, kuda, dan lain sebagainya juga diproduksi.

Untuk mencapai daerah ini tidak sulit bisa menggunakan kendaraan umum dari Jogja dan berhenti di perempatan Patuk. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan ke lokasi.

Saturday, September 13, 2008

Watu Gilang, dari sini Mataram tumbuh besar

dari watu gilang Mataram tumbuh besar, pakansi watu gilangSitus Watugilang terletak di kawasan Kotagede, Jogja dan Bantul. Situs ini bisa ditemukan dengan menyusuri jalan dari Pasar Gede ke arah selatan kurang lebih 500 meter, melewati Kompleks Makam, dan Masjid Agung Kotagede hingga sampai pada sebuah bangunan yang berdiri di tengah jalan. Meski hanya sebongkah batu, situs ini mempunyai catatan sejarah penting dalam. perkembangan Mataram.
Bangunan ini dikelilingi pohon-pohon beringin dan sebuah hutan Mentaok. Sebelum dijadikan pusat kerajaan, daerah ini memang dikenal dengan sebutan Hutan Mentaok. Dalam bangunan ini terdapat Watu Gilang, Watu Gatheng, dan Watu Genthong.
Watu Gilang dipercaya merupakan batu singgasana Panembahan Senopati. Watu Gilang berbentuk persegi dengan ukuran sekitar 2 x 2 meter berwarna hitam. Di atasnya terdapat pahatan-pahatan tulisan dalam beberapa bahasa yang sudah sulit dapat terbaca lagi karena sudah terkikis.
Ceritanya, batu andesit hitam ini dibawa dari Hutan Lipuro yang kini dikenal dengan daerah Bambanglipuro, Bantul. Di atas singgasana batu inilah Kerajaan Mataram digerakkan oleh Panembahan Senopati. Pada sisi sebelah timur batu ini, terdapat cekungan. Cekungan ini konon muncul akibat dibenturkannya kepala Ki Ageng Mangir, musuh sekaligus menantu Panembahan Senopati, hingga tewas.
Ki Ageng Mangir sendiri merupakan musuh dari Panembahan Senopati. Untuk menaklukkannya, Panembahan Senopati melakukan taktik dengan mengirimkan Puteri Pembayun menjadi penari tayub untuk memikat Ki Ageng Mangir. Setelah Ki Ageng Mangir tertarik dan menikahi Puteri Pembayun mau tidak mau dia harus menghadap ke mertuanya yang tidak lain adalah Panembahan Senopati.
Saat Ki Ageng Mangir sungkem inilah ia kemudian dibunuh oleh Panembahan Senopati dengan membenturkan kepalanya ke singgasana Watu Gilang hingga ia tewas seketika.
Peninggalan lainnya adalah Watu Gatheng. Batu Gatheng adalah batu yang digunakan oleh Raden Ronggo bermain gatheng atau sejenis permainan bekel. Ada 3 buah bola, sebuah berukuran agak kecil berdiameter 15 cm dan dua buah berukuran besar berdiameter 27 cm dan 31 cm. Ada juga cerita Watu Gatheng adalah peluru meriam berukuran besar yang bernama Pancawura yang berada di Pagelaran Kraton Surakarta.
Benda peninggalan terakhir yang ada di situs ini adalah Watu Genthong yang terbuat dari batu andesit berbentuk seperti gentong padasan dengan diameter 57 cm yang digunakan oleh Ki Juru Mertani dan Ki Ageng Giring, penasehat Panembahan Senopati, untuk mengambil air wudlu.
Kompleks situs ini berada di kampung Kedathon yang dipercaya merupakan pusat dari kerajaan Mataram Islam. Awalnya situs ini berada pada ruang terbuka, namun untuk melindungi situs ini dibangunlah suatu bangunan yang melindungi situs ini pada tahun 1934 atas perintah Hamengku Buwana VIII.

Friday, September 12, 2008

Tamansari, potret kehidupan raja Jogja

pakansi ke tamansari, jalan-jalan ke yogyakartaKunjungan Anda ke Jogja tak akan lengkap rasanya, jika belum bertandang ke Tamansari. Sebuah taman peninggalan leluhur Kraton Yogyakarta. Karena itulah Tamansari memperlihatkan potret kehidupan para raja di masa lalu.
Letak Tamansari tidaklah jauh dari kraton, Alun-alun Utara, dan Alun-alun Selatan. Tamansari berjarak sekitar 0,5 Km sebelah Selatan Kraton Yogyakarta.
Tamansari berarti taman yang indah, yakni tempat keluarga kerajaan berekreasi. Tamansari dibangun pada masa Sultan Hamengku Buwono I atau sekitar akhir abad XVII M. Kini, Tamansari dapat dikunjungi, oleh masyarakat umum. Mulai dari pukul 08.00 hingga pukul 16.00.
Saat ini arsitek,bangunan Tamansari condong ke Portugis, sehingga selintas menyerupai bangunan yang memiliki seni arsitektur Eropa yang cukup kental. Namur, menariknya, simbol-simbol Jawa tetap dipertahankan dan dominan.
Beberapa bagian Tamansari adalah, Sumur Gemuling tempat peraduan pribadi Sultan, kolam pemandian yang digunakan oleh Sultan dan kerabatnya untuk bersenang-senang. Bagian ini terdiri dari dua kolam yang dipisahkan oleh bangunan bertingkat.
Selain itu, di Tamansari pengunjung bisa menikmati keindahan Pulau Kenanga yang terdiri dari Pulau Cemeti, Sumur Gemuling, dan lorong bawah tanah. Pulau Kenangan atau Pulau Cemeti difungsikan sebagai tempat beristirahat dan pengintaian. Jika dilihat dari atas, bangunan ini akan menyerupai bunga teratai di tengah kolam besar.
Sementara itu lorong-lorong dipergunakan sebagai jalan rahasia yang menghubungkan Tamansari dengan Kraton Yogyakarta. Ada legenda, lorong itu juga menghubungkan Tamansari dengan pantai Selatan. Lorong itu jalan bagi Sultan untuk bertemu dengan Nyai Roro Kidul yang konon menjadi istri bagi raja Kasultanan Yogyakarta.
Di sekitar Tamansari juga terdapat masjid Saka Tunggal, yakni masjid yang hanya memiliki satu tiang, yang dibangun pada abad XX.

Thursday, September 11, 2008

Taman Pintar, berlibur seraya belajar

pakansi taman pintar, jalan-jalan ke yogyakartaJogja sebagai kota wisata dan pelajar, tak lengkap rasanya jika tidak menyajikan tempat hiburan yang mampu menambah pengetahuan masyarakat. Salah satu objek wisata yang diharapkan mampu mencerdaskan para pengunjung adalah Taman Pintar.

Taman Pintar yang terletak di JI P Senopati, Jogja ini dibangun pada tahun 2006 dan diresmikan pada 2007 adalah Objek wisata yang terletak di dalam kota ini dibangun oleh Pemerintah Kota Jogja

Taman Pintar berada di lokasi yang strategis, yakni dekat dengan Shooping Center, Pasar Benteng, Vredeburg Pasar Beringhaijo, dan Malioboro. Jadi, tidak rugi datang ke objek wisata itu, karena bisa sekaligus bertandang ke beberapa tempat wisata lain.

Taman Pintar memakai simbol Burung Hantu memakai blangkon, yang maknanya semangat untuk belajar sains dan teknologi secara gratis. Burung hantu dimaknai sebagai burung species malam yang mempunyai kepekaan tinggi, mampu mempelajari alam sekitar, dan blangkon merupakan salah satu identitas Jogja

Taman Pintar memiliki motto yaitu tiga N; niteni, nirokake, dan nambahi. Di objek wisata ini pengunjung dari pra sekolah sampai SMA bisa memperdalam materi pelajaran yang diterima di sekolah.

Di Taman Pintar pengunjung tidak hanya bisa melihat berbagai jenis sains yang diperagakan, melainkan mereka juga dapat menikmati, mencoba beratraksi. Mereka dapat bermain dengan alat peraga sains yang tersedia sehingga dapat merasakan bagaimana sains itu.

Secara garis besar materi isi Taman Pintar terbagi menurut kelompok usia dan penekanan materi. Sedangkan penekanan materi diwujudkan dalam interaksi antara pengunjung dengan materi yang disampaikan melalui anjungan yang ada.

Salah satu dari permainan yang disediakan adalah permainan air yang memperkenalkan bagaimana teriadinya pelangi.

Permainan yang tidak kalah menariknya, adalah parabola berbisik. Masing-masing anak berdiri di depan parabola yang jaraknya sekitar 15 meter, kemudian mereka berbisik. Nah, temannya yang jauh dari parabola itu nanti akan mendengar. Itu namanya konvort rambatan pantulan gelombang suara, jadi melalui media udara.

Di situ juga tersedia permainan pipa gaung. Konsep gaung, anak-anak bisa bicara dari ujung-ujung pipa. Suara itu bisa merambat melalui pipa bisa dipantulkan sehingga bisa terdengar di ujung satunya. Pipanya di pendam.

Wednesday, September 10, 2008

Pusat Penyelamatan Satwa Jogja

pakansi Pusat Penyelamatan Satwa Jogja (ppsj), jalan-jalan yogyakartaPusat Penyelamatan Satwa Jogja(PPSJ) adalah sebuah lembaga untuk menampung satwa dilindungi hasil sitaan aparat keamanan dari masyarakat yang memperdagangkannya atau memilikinya sebagai hewan piaraan.
Berdasarkan UU No.5/ 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, jenis-jenis satwa dilindungi tidak boleh diperdagangkan atau dipelihara.
Di Indonesia, isu ini menjadi persoalan lingkungan serius karena menjadi ancaman utama selain kerusakan hutan terhadap kelestarian satwa liar di habitatnya.
Harapan menyelesaikan persoalan ini muncul pada tahun 2002 ketika The Gibbon Foundation, sebuah lembaga yang bergerak di sektor lingkungan hidup menandatangani MOU dengan Ditjen PHKA.
Salah satu butir kesepakatannya adalah
The Gibbon Foundation akan membangun beberapa PPS di Indonesia untuk mendukung upaya penegakan hukum dalam memberantas perdagangan dan kepemilikan satwa liar secara ilegal.
Untuk wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta, PPS dibangun di Dusun Paingan, Desa Sendangsari, Kecamatan Pngasih, Kulon Progo, Yogyakarta. PPSJ yang dikelola Yayasan Kutilang Indonesia, menempati lahan seluas 13,9 hektar itu mulai beroperasi sejak 7 Juni 2003 dan memiliki spesialisasi menampung satwa reptilia.
Semua satwa di PPSJ dikelola semaksimal mungkin agar memenuhi kesejahteraan satwa (animal welfare). Pengelolaannya berdasar pada standar IUCN.
Di PPSJ, jenis-jenis satwa yang memungkinkan untuk dilepasliarkan (release) lagi, harus menjalani 'proses pendidikan' agar dapat hidup bebas di habitat alamnya.
Untuk mencapai PPSJ Kulonprogo, jika menggunakan angkutan umum dari Terminal Giwangan menuju ke arah Kulonprogo lalu turun di wilayah Sentolo.
Perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan angkutan umum yang menuju lokasi PPSJ.

Tuesday, September 9, 2008

Sumur Gemuling, lorong penuh rahasia

Sumur Gemuling merupakan bagian dari kompleks Tamansari berbentuk lorong melingkar yang di dalamnya terdapat ruangan-ruangan.
Ada banyak cerita tentang tempat ini. Ada yang menyebut tempat ini merupakan tempat bersemadi atau salat raja, ada juga yang menyebut sebagai tempat persembunyian bawah tanah. Namun ada mitos lain yang menyatakan lorong berlanjut hingga laut selatan. Sejauh ini tidak ada yang membuktikan mitos ini, karena juga ada kepercayaan siapa yang mencoba menembus lorong itu sampai ke ujung akan menemui ajal.
Tapi ada juga penjelasan yang menyebutkan lorong ini berakhir di luar kompleks Tamansari, sebagai jalan untuk menyelamatkan diri jika tempat ini dikepung musuh. Penjelasan kedua ini lebih masuk akal, sebab untuk sampai ke Laut Selatan lorong ini harus menerobos jarak sekitar 25 kilometer di bawah tanah, yang rasanya mustahil.
Melalui lorong bawah tanah kita akan sampai ke masjid bawah tanah, yang berbentuk ring seperti donat, dan terdiri atas dua lantai. Lantai bawah untuk jamaah perempuan, dan lantai atas untuk jamaah laki-laki. Dari lantai bawah menuju ke lantai atas terdapat anak tangga dengan bentuk yang sangat unik. Anak tangga ini terdapat pada empat sisi yang bertemu pada sebuah bordes, dan dari bordes ini dihubungkan ke lantai atas dengan satu anak tangga lagi.
Di bawah bordes tempat bertemunya keempat anak tangga, terdapat mata air yang dahulu dipakai untuk mengambil air wudu. Tangga ini terdapat di tengah bangunan yang berbentuk ring. Lima anak tangga ini menurl ukkan kelima rukun Islam.
Karena tempat salat wanita dan prig berada di lantai yang berbeda, maka masing-masing lantai memiliki mihrab atau tempat imam salat sendiri. Dahulu, masjid ini dikelilingi oleh air. Jendela-jendela ditutup dengan kaca, dan di luar kaca adalah air. Arsitektur dan konstruksi bangunan sedemikian mengagumkan, sehingga bangunan yang, terdapat di bawah tanah dan dikelilingi air ini tetap bebas air.
Bagi orang yang belum pernah ke Tamansari, pemandu wisata akan sangat membantu untuk menemukan tempat pertapaan raja dan masjid bawah tanah ini, karena kedua tempat ini terselip di antara rumah-rumah penduduk yang cukup padat.

Monday, September 8, 2008

Pathok Negara, dari agama hingga pertahanan

pakansi Pathok Negara, jalan-jalan yoggyakartaPathok Negara atau disebut juga Pathok Negari merupakan Masjid Kagungan Dalem Sultan Ngayogyakarta Hadiningrat. Pathok Negara sebenarnya merupakan sebutan salah satu jabatan dalam struktur pemerintahan di lingkungan kerajaan, yakni anggota penghulu pada peradilan.
Oleh Sultan, para Pathok Negara ini diberi izin untuk menempati sebuah wilayah perdikan dan mendirikan masjid di tempat itu. Wilayah yang ditempati para Pathok Negara ini terletak sekitar 5-10 km dari Kutanagara (pusat pemerintahan).
Terdapat lima masjid Pathok Negara yang terletak di empat penjuru. Tiga masjid yakni Masjid Babadan yang terletak di Kecamatan Banguntapan, Bantul (timur), Masjid Ploso Kuning di Ngaglik Sleman (utara) dan Masjid Mlangi, Kecamatan Gamping, Sleman (barat) dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I.
Sedangkan dua masjid lain yang terletak di sebelah selatan Keraton yakni Masjid Dongkelan dan Masjid Wonokromo di Pleret baru dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono IV Namun berdasarkan sejarah, rencana pembangunan dua masjid ini sudah ada sejak Hamengku Buwono I. Masjid Wonokromo juga merupakan satu-satunya masjid Keraton yang tidak dipimpin Pathok Negara.
Fungsi utama masjid ini tentu untuk penyebaran ajaran Islam, termasuk untuk kegiatan mengaji. Namun selain itu Masjid Pathok Negara juga berfungsi untuk peradilan serambi (pengadilan agama), serta untuk upacara pemakaman dan pernikahan. Selain itu masjid-masjid ini juga sebagai tempat pertahanan jika ada ancaman terhadap Keraton Jogja.
Bentuk dan arsitektur masjid Pathok Negara memiliki sejumlah kesamaan yakni terdapat kolam di halaman depan, kuburan di sebelah baratnya, pagar tembok tinggi yang menyerupai gapuro, bedug serta perangkat lainnya. Semua perangkat itu mempunyai fungsi dan arti sen¬diri-sendiri.

Sunday, September 7, 2008

Museum Dirgantara Mandala, jejak langkah TNI AU

pakansi Museum Dirgantara Mandala, jalan-jalan yogyakartaMuseum Dirgantara Mandala terletak di daerah Janti. Di tempat ini sejumlah barang-barang, khususnya alat tempur masa lalu disimpan dan menjadi bukti perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Melihat-lihat koleksi museum ini, terbayang bagaimana sosok TNI Angkatan Udara (AU) pada masa lalu. Di museum ini terdapat sekitar 40-an jenis pesawat beserta alutsista yang pernah digunakan AU pada era 1945-1970. Salah satunya jenis Tu-16 yang terletak di pelataran museum. Selain itu di tempat yang tidak terlalu jauh terdapat PBY-5A Catalina dan UF 1 Albatros IR-0117. Catalina buatan AS masuk ke jajaran Skadron V Lanud Abdulrachman Saleh pada 1950. AURI mendapatkan delapan Catalina bekas pakai AU Hindia Belanda sebagai realisasi Konferensi Meja Bundar, 1949.
Sementara Albatros, pesawat amfibi angkut sedang buatan AS juga masuk ke dalam jajaran Skadron V Intai Laut AURI- Lanud Abdulrachman Saleh tahun 1955. AURI membeli sebanyak delapan pesawat dari AS.
Selain, ketiga pesawat, di halaman masih ditempatkan rudal pertahanan udara jarak sedang SA-75 buatan Soviet alat ini sempat digunakan sebagai salah satu senjata untuk mempertahankan Ibu Kota.
Museum Dirgantara Mandala sejarahnya berasal dari penggabungan dua museum yakni Museum Pusat AURI yang didirikan 1967 di Jakarta dan Museum Pendidikan atau Taruna yang sudah ada di komplek pendidikan AKABRI Bagian Udara Jogja. Pada 1977 keduanya kemudian digabungkan.
Museum dirgantara terlengkap satu-satunya di Indonesia ini menempati Area lima hektar dengan luas bangunan 7.600 m2. Gedungnya dibagi menjadi enam ruang. Yakni, RuangUtama, Ruang Kronologi I dan II, Ruang Alutsista, Ruang Paskhas, Ruang Diorama, dan Ruang Minat Dirgantara.
Di dalam Ruang Utama, patung empat pahlawan nasional yang menjadi perintis TNI AU dipajang. Mereka, Marsda Anumerta Agustimis Adisutjipto, Marsda Anumerta Prof Abdulrachman Saleh, Marsda Anumerta Abdul Halim Perdanakusuma, dan Marsma Anumerta Iswahjudi.

Ruang Kronologi I dan II memuat sejarah dan dokumen-dokumen semasa zaman seperti proklamasi, serangan udara pertama ke daerah Ambarawa, Operasi Penumpasan PKI Muso/Madiun, Operasi Lintas Udara, Pembentukan Skadron AURI, dan lain sebagainya.

Saturday, September 6, 2008

Monjali, semangat Jogja untuk Indonesia

jalan-jalan monjali, pakansi monjali, monumen jogja kembaliSerangan Umum 1 Maret 1949, lepas dari segala kontroversi siapa yang mempunyai ide, merupakan peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Serangan yang mampu menduduki Jogja, yang kala itu menjadi lbu Kota, mampu membuka mata dunia tentang keberadaan Republik Indonesia. Serangan ini pula yang kemudian menjadi awal adanya Konferensi Meja Bundar (KMB) dengan hasil pengakuan Belanda terhadap kemerdekaan Indonesia.
Untuk mengenang peristiwa sejarah perjuangan bangsa, pada 29 Juni 1985 dibangun Monumen Yogya Kembali (Monjali). Tanggal ini sengaja dipilih karena pada 29 Juni 1949, terjadi peristiwa kembalinya Presiden Sukarno ke Jogia dari pengasingan.
Monumen ini menjadi pelengkap monumen Serangan Oemoem 1 Maret di kawasan Benteng Vredebrug yang telah ada sebelumnya.
Peletakkan batu pertama monumen setinggi 31,8 meter dilakukan oleh HB IX setelah melakukan upacara tradisional penanaman kepala kerbau. Pembangunan berlangsung kurang lebih empat tahun dan diresmikan Presiden Suharto pada 6 Juli 1989.
Monumen yang terletak di Dusun Jongkang, Kelurahan Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kapubaten Sleman ini berbentuk gunung. Daerah ini diambil karena untuk disejajarkan dengan garis imajiner Laut Selatan, Keraton, Tugu dan Merapi.
Sebelum memasuki monumen, pengunjung bisa menyaksikan replika Pesawat Cureng di dekat pintu timur serta replika Pesawat Guntai di dekat pintu barat. Sedangkan di ujung selatan pelataran berdiri tegak sebuah dinding yang memuat 420 nama pejuang yang gugur antara 19 Desember 1948 hingga 29 Juni 1949. Tertulis juga puisi Chairil Anwar yang berjudul Antara Kerawang dan Bekasi.
Terdapat ribuan koleksi yang berada di monumen ini seperti seragam prajurit hingga tandu yang digunakan Panglima Besar Jendral Sudirman saat memimpin perang gerilya. Selain itu terdapat juga 40 relief yang menggambarkan peristiwa perjuangan, dan diorama.
Lantai teratas merupakan tempat hening berbentuk lingkaran, dilengkapi dengan tiang bendera yang dipasangi bendera merah putih di tengah ruangan. Juga terdapat relief tangan yang kekar menggambarkan semangat juang rakyat dalam merebut dan memperjuangkan kemerdekaan.

Friday, September 5, 2008

Malioboro, jantung yang terus berdenyut

pakansi malioboro, jalan-jalan malioboro yogyakartaMalioboro. Nama ini tidak bisa dipisahan dengan Jogja. Ruas jalan sepanjang kurang lebih 2 km ini menjadi ikon penting dari kota pelajar ini. Datang ke Jogja, hampir tidak mungkin untuk tidak datang di daerah ini.
Malioboro yang terletak pada sumbu lurus antara Tugu Jogja dan Kraton merupakan sebuah pusat perdagangan yang dikembangkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I sejak 1758. Nama Malioboro diambil dari nama seorang petinggi tentara Inggris yaitu. Marlborough yang pernah tinggal di daerah ini pada sekitar 1811-1816.
Namun versi lain menyebutkan nama Malioboro muncul karena pada masa lalu jalan ini selalu dipenuhi dengan karangan bunga setiap kali Keraton melaksanakan-perayaan, Malioboro yang dalam bahasa Sansekerta.
Malioboro juga menjadi daerah Yang memiliki sejarah panjang. Berbagai gedung sejarah terletak di sepanjang jalan ini seperti Gedung Agung yang merupakan rumah Gubernur Jendral Belanda, Benteng Vredeburg yang merupakan benteng peninggalan Belanda, Hotel Garuda yang menjadi tempat pembesar dan jendral-jendral Belanda masa lalu menginap berada di jalan ini. Satu lagi, Pasar Beringharjo yang merupakan bagian dari sejarah Keraton Jogja juga terletak di daerah ini.
Hingga saat ini, Malioboro tetap memiliki kharisma yang kuat sebagai sebuah tempat yang selalu menjadi pusat perhatian setiap wisatawan Yang datang ke Jogja.
Pada masa lalu, selain dikenal sebagai pusat perbelanjaan, kawasan ini juga dikenal sebagai daerah seniman. Banyak seniman-seniman yang mengawali karirnya sebagai seniman jalanan di daerah ini. Berbagai komunitas seni tumbuh dan berkembang dengan baik. Namun saat ini, seiring perjalanan waktu, nuansa seni di Malioboro semakin tergeser dengan nuansa bisnis. Malioboro semakin identik dengan kawasan ekonomi dan pusat perbelanjaan.
Pada siang hari, berkunjung ke Malioboro orang bisa mendapatkan berbagai souvenir yang jumlahnya ribuan dan harga relatif terjangkau, terlebih jika bisa menawar. Sedangkan malam hari, kawasan ini khas dengan makanan lesehannya.

Thursday, September 4, 2008

Candi Gampingan, sejarah yang belum terungkap

Kompleks Candi Gampingan terletak di Dusan Gampingan, Piyungan, Bantul. Penggalian penyelamatan terhadap situs tersebut telah dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pada 1995,1996, dan. 1997.
Data arkeologi yang berhasil ditemukan berbentuk tujuh buah bangunan yang tidak utuh, tiga buah area yang terbuat dari perunggu, dua buah area yang terbuat dari batu andesit, benda-benda yang terbuat dari emas, fragmen-fragmen unsur bangunan, dan benda-benda keramik.
Salah satu di antara tujuh buah bangunan yang ditemukan merupakan bangunan paling besar dan paling kompleks di Situs Candi Gampingan yang merupakan bangunan utama.
Di dalam bangunan induk, ditemukan tiga buah area Dhyani Buddha Vairocana dan perunggu, area Jambhala dan area Candralokesvara dari batu andesit, satu buah frogmen area dari keramik, delapan buah miniatur benda emas dan satu buah cincin emas, juga fragmen-framen gerabah.
Berdasarkan temuan area diperkirakan Candi Gampingan merupakan candi Buddha yang menempatkan Dewa Jambhala sebagai dewa utama yang dipuja, sedangkan area Candralokesvara yang ditemukan bersama-sama dengan Jambhala menunjukkan aliran Tantraisme dalam Buddha Mahayana.
Denah Candi Gampingan berbentuk segi empat yang berukuran 4,64 m. x 4,65 m. Tinggi Candi Gampingan yang masih tersisa 1,2 m., terdiri atas delapan lapisan batu putih yang disusun dengan teknik kait. Selain teknik kait, digunakan juga "teknik las", yaitu penyisipan batu ke dalam rongga-rongga yang menghubungan satu batu dengan batu lainnya.
Secara morfologis, bagian-bagian yang tersisa pada Candi Gampingan adalah bagian kaki candi yang terdiri atas alas, perbingkaian bawah, tubuh kaki bagian tengah, dan perbingkaian atas. Alas pada bangunan tersebut profilnya rata, dan di atasnya terdapat perbingkaian bawah kaki yang terdiri atas pelipit bawah, bingkai sisi genta, dan bingkai rata. Tubuh kaki bagian tengah Candi Gampingan mempunyai sebelas bidang sebagai tempat relief dipahatkan. Perbingkaian atas kaki terdiri atas bingkai rata serta satu lapis bingkai di atasnya yang dihias dengan motif bunga dan untaian manik-manik.
Sampai saat ini belum ada data tertulis tentang tentang candi itu. Namun bangunannya mirip gaya abad IX.

Wednesday, September 3, 2008

Candi Barong, pemujaan terhadap Dewi Sri

pakansi candi barong, pakansi yogyakartaCandi Barong terletak di lereng pegunungan boko. Berada di ketinggian kuranglebih 200 meter dpl, di Desa Candisari, Bokoharjo, Prambanan, Sleman. Disebut Candi Barong karena hiasan Kala pada candi ini berbentuk seperti kepala Barong di Bali itu.

Candi ini diperkirakan dibangun antara abad IX-X. Keberadaan sebuah area yang diduga merupakan penggambaran Dewi Sri mejadikan peneliti mengelompokkan candi ini sebagai candi Hindu. Selain itu juga ada hiasan kerang bersayap (sankha) yang merupakan salah satu simbol dewa Wishnu. Sedangkan bagian puncak yang berbentuk permata.

Dewi Sri merupakan dewi kesuburan. Pembangunan candi di daerah ini kemungkinan karena kondisi tanah yang tidak subur sehingga dengan adanya tempat, pemujaan candi ini diharapkan tanah menjadi lebih baik.

Kompleks Candi Barong tersusun atas 3 tingkat. Tingkat pertama merupakan dasar dari seluruh bangunan candi berupa tanah datar. Tingkat kedua berupa pelataran yang ditengarai dulunya sebagai tempat berdirinya bangunan yang menggunakan unsur kayu selain unsur batu. Tingkat kedua ini adalah tingkat yang paling suci, di mana terdapat 2 buah candi utama dan sebuah gerbang.

Pelataran kedua ini berukuran sekitar 12 x 8 meter. Pada pelataran ditemukan puing-puing batu sisa bangunan. Sedangkan pada tingkat ketiga berdiri Candi Barong tersebut. Sebelum masuk ke kompleks candi, ada sebuah gapura berhias motif Kala-Makara.

Ada 2 buah candi utama yang posisinya kurang simetris karena candi ini cenderung menjorok ke selatan. Candi pertama, yang berada persis di depan gerbang candi merupakan candi untuk menghormati Dewa Wisnu, sedangkan candi di sampingnya merupakan candi untuk menghormati Dewi Sri.

Kondisi candi sampai saat ini masih baik. Namun area-area yang seharusnya mengisi relung-relung candi tidak lagi ditemukan.

Untuk mencapai candi ini dari pertigaan Prambanan, ambiI jalur ke selatan, hingga, bertemu papan penunjuk arah Candi Banyunibo. Jika ke Candi Banyunibo belok ke kanan (selatan), untuk ke Candi Barong jalan lurus kemudian belok ke kiri. Letak Candi Barong ada di sebelah timur Candi Banyunibo tapi berada di atas bukit.

Tuesday, September 2, 2008

Beringharjo, tumbuh bersama sejarah Jogja

Pasar Beringharjo tidak bisa dilepaskan dari Jogja. Selain merupakan pasar tradisional terbesar, Beringharjo juga tumbuh bersama sejarah kota ini.
Pembangunan Beringharjo terkait dengan keberadaan Keraton Jogja. Pola tata kota masa lalu selalu mencakup empat hal dalam hal pembangunan yakni Keraton sebagai pusat, alun-alun, tempat ibadah (masjid) dan pasar.
Pembangunan pasar ini dimulai sekitar 1758. Ini berarti tidak berselang lama dengan pembangunan Siti Hinggil Keraton yang dibuat pada sekitar 1756. Sebelum di jadikan kawasan pasar, daerah ini semula berupa hutan beringin. Hal inilah yang kemudian mendasari pemberian nama Beringharjo. Pemberian nama ini secara resmi baru dilakukan pada 24 Maret 1925 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Pada saat itu juga sudah mulai ada bangunan permanen. Sebelumnya di pasar ini hanya ada payon-payon atau bangunan tidak permanen yang digunakan para pedagang.
Pada akhir Agustus 1925, 11 kios telah terselesaikan, dan kemudian menyusul yang lainnya secara bertahap. Pada akhir Maret 1926, pembangunan pasar selesai dan mulai dipergunakan.
Sebulan setelah itu. Pada 1986 pasar yang juga dikenal dengan sebutan Pasar Gede ini pernah terbakar hebat dan menghabiskan beberapa bagian pasar. Pada gempa 2006 lalu, sebagian pasar, khususnya di lantai tiga juga rusak hingga saat ini pembangunannya belum tuntas.
Meski berstatus pasar tradisional, Beringharjo bisa dikatakan cukup modern. Dengan fasilitas ekskalator serta pusat perpembelanjaan bercirikan swalayan menjadikan ada semacam penggabungan antar aspek tradisional dan modern.
Salah satu yang menjadi daya tarik pasar Beringharjo adalah keberadaan pusat batik yang berada di lantai dasar. Bukan hanya batik corak Jogja dan Solo, batik dari Pekalongan juga banyak didapat di pasar ini. Sistem tawar menawar layaknya di pasar tradisional juga sah-sah saja dilakukan di tempat ini.

Tuesday, July 8, 2008

Kars Gunungkidul, tidak ada duanya di dunia

pakansi vacations Kars Gunungkidul, tidak ada duanya di dunia konikallimestoneDibalik citra gersang yang selama ini identik dengan Gunungkidul, sesungguhnya wilayah ini menyimpan potensi wisata alam yang cukup besar. Selain memiliki sejumlah pantai yang cukup indah. Gunungkidul juga memiliki kawasan kars khas yang tidak dimiliki daerah lain di dunia.

Daerah yang terletak di jajaran pegunungan seribu ini memiliki wilayah yang mayoritas merupakan perbukitan kapur. Hali inilah yang menjadikan daerah ini memiliki kars yang sedemikian luas. Diperkirakan kawasan kars di Gunungkidul luasnya mencapai 13.000 kilometer persegi yang tersebar hamper diseluruh wilayah.

Kawasan kars di Kabupaten ini memiliki keunikan geomorfologi yang tidak ada duanya yakni berupa kerucut kars (konikallimestone) yang jumlahnya diperkirakan mencapai 4.000 buah. Selain itu juga banyak terdapat lembah (poltje) dan kubah (doline) serta goa yang lengkap dengan stalaktit dan stalakmit yang sangat mengagumkan. Jumlah kars di Kabupaten ini diperkirakan sekitar 468 goa. Jika dilihat dari luar, Gunung kidul sepertinya miskin air, namun ternyata di dalam buminya sangat banyak terdapat sungai bawah tanah yang kebanyakan bermuara di laut selatan.

Kawasan ini juga mempunyai banyak sungai bawah tanah. Keragaman hayati dan kebumian yang bernilai tinggi di kawasan ini termasuk fenomena masyarakatnya yang khas merupakan alasan kuat bagi Internasional Union of Speleologi untuk mengusulkan kepada PBB sebagai betnuka alam warisan dunia (world natural heritage).

Sumberdaya kawasan kars Gunungkidul banyak ragamnya dan memiliki keunikan serta nilai ilmiah wisata missal, wisata minat khusus petualangan seperti panjat tebing yang biasanya dilakukan di Pantai Siung, Seropan dan Watu Gupit. Selain itu wisata susur goa bisa dilakukan di Bribin, Grubug, Jomlang, dan Kalisuci. Selain itu ada juga wisata religius di goa Rancang Kencono, goa Braholo dan goa Maria Tritis.

Gunungkidul sendiri terletak sekitar 59 kilometer dari kota Jogjakarta. Tidak sulit untuk mencapai daerah ini baik dengan kendaraan umum maupun pribadi karena jalur ke daerah ini hampir seluruhnya sudah merupakan jalan beraspal.

Monday, July 7, 2008

Candi Prambanan

pakansi Candi Prambanan vacation yogyakartaCandi Prambanan, dibangun pada abad ke-9 oleh Raja Wamca (Dinasty) Sanjaya. Candi ini dibangun sebagai sebuah bukti kejayaan Agama Hindu di Jawa. Tingginya yang mencapai 17 meter menjadikan Prambanan dibanding Candi Borobudur, lebih tinggi sekitar 5 meter.

Candi Prambanan memiliki tiga candi utama di halaman utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa yang merupakan lambing Trimurti atau tiga dewa penguasa jagat yang ada dalam Agama Hindu. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat. Candi Siwa didampingi Nandini, Brahmana didampingi Angsa dan Garuda mendampingi Wisnu. Ketiga pendamping adalah tunggangan dari yang didampingi.

Candi Siwa yang terletak di tengah-tengah merupakan candi paling tinggi. Di dalam candi ini terdapat empat ruang. Satu ruang berisi archa Siwa, sementara tiga ruang yang lain berisi archa Durga yang merupakan istri Siwa, Guru Siwa, Agastya dan putra Siwa Ganesha. Sedangkan di candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Siwa hanya ada satu ruangan yang b erisi archa Wisnu. Demikian juga candi Brahmana yang terletak di sebelah selatan candi Siwa, anda juga hanya akan menemukan satu ruangan berisi arca Brahmana.

Candi Prambanan ditemukan kemballi oleh orang Belanda bernama C.A Lons yang mengunjungi Jawa pada 1733 dan melaporkan tentang adanya reruntuhan candi yang ditumbuhi semak belukar. Usaha pertama kali untuk menyelamatkan candi Prambanan dilakukan oleh Ijzerman pada tahun 1885 dengan membersihkan bilik-bilik candi dari reruntuhan batu. Sebagian besar candi juga terkubur dengan kedalaman sekitar tujuh meter. Diduga, kerusakan hebat Prambanan terjadi karena letusan Merapi sekitar tahun 1672.

Candi Prambanan terletak di Jalan Solo Km-17. Bisa dicapai dengan mudah menggunakan angkutan umum. Selain candi pengunjung juga bisa bersantai di taman candi.

Sunday, July 6, 2008

Kemegahan Ramayana Dalam Sendratari

pakansi Kemegahan Ramayana Dalam Sendratari candi prambanan dan purawisata jalan-jalan ke yogyakartaDi Jogja, Sendratari Ramayana digelar di beberapa tempat yakni di Purawisata yang terletak di jalan Brigjen Katamso, museum Trimurti Prambanan dan di panggung terbuka Candi Prambanan. Untuk yang di Purawisata, pentas digelar setiap malam. Bahkan pada 2002 pertunjukkan ini tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI) karena selama 25 tahun tidak pernah sehari pun absen pentas. Sedangkan untuk panggung terbuka Prambanan, pentas dijadwalkan empat kali setiap bulan Mei-Oktober, atau jika ada momen-momen tertentu saja. Untuk di Trimurti pagelaran digelar setiap Selasa, Rabu dan Kamis.

Sendratari Ramayana bersumber dari kisah Ramayana karya Walmiki. Kisah ini juga terpahat secara rinci dalam relief Candi Prambanan. Ceritanya sendiri dibagi dalam empat babak atau empat lakon yakni penculikan Sinta, misi Anoman ke Alengka, kematian Kumbakarna dan Rahwana, dan pertemuan kembali Rama-Sinta. Di Purawisata dan Trimurti, sekali pentas langsung menampilkan kisah secara menyeluruh. Sementara di panggung terbuka Prambanan, sekali pentas hanya menampilkan satu babak saja.

Menyaksikan sendratari ini, penonton akan benar-benar bisa larut dalam kisah yang ditampilkan. Dukungan tata panggung dan tata lampu yang pas menjadikan latar cerita menjadi benar-benar terbangun. Meski tidak ada dialog sama sekali, pengunjung juga akan mudah memahami jalan cerita yang ditampilkan.

Cerita singkat Ramayana dimulai ketika Prabu Rama berhasil memenangkan sayembara yang digelar Prabu Janaka untuk mencari suami putrinya, Dewi Shinta, Rama dan Laksamana yang merupakan adik Rama sedang di hutan, Rahwana dengan akal liciknya berhasil menculik Shinta.

Dengan bantuan kera putih, Anoman, Shinta akhirnya berhasil direbut kembali. Anoman juga berhasil membakar kerajaan Ngalengka milik Rahwana. Saat pertunjukkan ini, panggung sangat spektakuler karena bola-bola api. Namun untuk bisa diterima Rama kembali, Shinta harus melakukan upacara baker diri untuk membuktikan kesuciannya. Shinta tidak terbakar tetapi justru semakin cantik.

Harga tiket di tiga tempat ini berbeda-beda. Untuk di Purawisata harga tiket masuk sebesar Rp 175.000. Sedangkan di panggung Ramayana tiket sesuai kelas VIP Rp 200.000, khusus Rp 125.000, kelas 1 Rp 100.000, kelas 2 Rp 50.000, dan pelajar Rp 15.000 dengan pengajuan surat dari sekolah.

Untuk pentas di Trimurti harga tiket khusus Rp 125.000, kelas 1 Rp 100.000, kelas II Rp 50.000, dan pelajar Rp 15.000.

Saturday, July 5, 2008

Bengawan Solo purba

vacation bengawan solo purba jalan-jalan yogyakartaMungkin belum banyak yang tahu bahwa pada masa dulu, Bengawan Solo ternyata melewati Gunung Kidul. Namun, karena proses geologi jutaan tahun lalu alur sungai ini berkelok seperti sekarang ini. Proses geologi itu berupa menghujamnya lempeng Australia menyebabkan dataran pulau Jawa perlahan terangkat.

Namun sampai saat ini bekas-bekas sungai purba itu masih bisa ditemui. Jalur aliran itu bisa dilihat di daerah Kecamatan Girisubo dan tidak jauh dari jalan raya. Dua buah perbukitan kapur yang tinggi memanjang mengapit sebuah dataran rendah yang semula adalah jalur aliran. Dataran rendah yang kini menjadi lahan berladang palawija penduduk setempat itu berkelok indah, memanjang sejauh 7 kilometer kea rah utara, hingga wilayah Pracimantoro di Kabupaten Wonogiri. Kelokannya membuat mata tergoda untuk menyusurinya ke utara hingga ke tempat pembalikan aliran sungainya. Namun dari Girisubo ini penyusuran juga bisa dilakukan ke arah selatan dan bermuara di Pantai Sadeng.

Bengawan Solo purba terbentuk pada saat batu gamping Formasi Wonosari-Punung terangkat sedikit di atas muka laut, yaitu pada akhir Pliosen (sekitar 2 juta tahun lalu). Seiring dengan pengangkatan yang terus berlangsung, Bengawan Solo mengikis dasar sungai hingga membentuk lembah yang sangat dalam seperti terlihat di tepi jalan Giribelah-Pacitan di Dusun Giribelah.

Karena dulu Bengawan Solo melintas daerah ini, maka wajar jika di Gunung Kidul banyak banyak ditemukan situs manusia purba. Karena manusai purba biasanya hidup di dekat sumber air.

Untuk bisa menuju ke daerah ini, bisa menggunakan angkutan umum jurusan Jogja-Wonosari dan dilanjutkan dengan Wonosari-Tepus.

Friday, July 4, 2008

Ratu Boko Yang Misterius

vacancy yogyakarta pakansi Ratu Boko Yang Misterius jalan-jalan jogjakartaCandi Ratu Boko dapat dicapai dari Yogyakarta melalui jalan raya Yogyakarta-Solo, kurang lebih pada Km 17 atau pertigaan Prambanan berbelok ke kanan sejauh + 3 Km.

Bangunan utama situs Ratu Boko ditemukn pertama kali pada abad ke-17 oleh arkeolog Belanda, HJ De Graaf. Bagian pertama yang ditemukan adalah bangunan yang menyerupai gerbang, candi, kolam, gua, pagar dan alun-alun, candi pembakaran, serta paseban. Petilasan bangunan pendopo, balai-balai, tiga candi kecil, kolam, dan keputren terdapat di sebelah tenggara. Sedangkan gua Wadon, gua Lanang, dan beberapa gua lainnya, serta kolam dan arca Budha berada di sebelah timur.

Dari situ situ ditemukan bukti tertua yang berangka tahun 792 Masehi berupa Prasasti Abhayagiriwihara. Prasasti itu menyebutkan seorang tokoh bernama Tejahpurnpane Panamkorono. Diperkirakan dia adalah Rakai Panangkaran yang disebut-sebut dalam Prasasti Kalasan tahun 779 Masehi, Prasasti Mantyasih 907 Masehi, dan Prasasti Wanua Tengah III tahun 908 Masehi. Rakai Panangkaran lah yang membangun candi Borobudur, candi Sewu, dan candi Kalasan. Meski demikian situs Ratu Boko masih diselimuti misteri. Belum diketahui kapan dibangun, oleh siapa, untuk siapa, dan sebagainya. Orang hanya memperkirakan itu sebuah bangunan keraton.

Menurut Prof. Buchori, seorang ahli sejarah, bangunan Keraton Boko merupakan benteng pertahanan Balaputradewa atau Rakai Kayuwangi diserang oleh Rakai Walaing Puhuyaboni, cicit laki-laki Sanjaya yang merasa lebih berhak atas tahta daripada Rakai Pikatan, karena Rakai Pikatan hanyalah suami dari Pramodharwani, puteri mahkota Samarottungga yang beragama Budha.

Dalam pertempuran tersebut Rakai Walaing berhasil dipukul mundur dan terpaksa mengungsi di atas perbukitan Ratu Boko dan membuat benteng pertahanan di sana. Namun pada akhirnya Keraton Boko dapat digempur dan diduduki Rakai Kayuwangi yang secara sengaja merusak Prasasti yang memuat silsilah Rakai Walaing.

Thursday, July 3, 2008

Sendangsono yang Indah dan Damai

vacancy Sendangsono pakansi sendangsono yang Indah dan Damai jalan-jalan yogyakartaSendangsono merupakan salah satu tempat ziarah religius bagi umat katholik yang terletak di kawasan pegunungan Menoreh. Tempat ini semula bernama Sendang Semagung. Pada 20 Mei 1904 Pastur Van Lith melakukan pembaptisan terhadap 173 warga Kalibawang menggunakan air sendang. Sejak itulah tempat ini berubah nama menjadi Sendangsono dan sebagai tempat ziarah umat Katholik.

Dalam kompleks yang cukup luas ini terdapat sejumlah bagian. Selain tempat untuk mengenang pembaptisan pertama yang digambarkan dalam sebuah relief, juga ada Kapel para Rasul. Di tempat ini pengunjung bisa melihat sejarah perjuangan Bunda Maria dan 12 Rasul pertama Kristus.

Selain itu juga masih terdapat kapel-kapel kecil, lokasi Jalan Salib, Gua Maria, pendopo, sungai dan tempat penjualan perlengkapan ibadah.

Selain makam Pastur Van Lith di tempat ini juga ada makam tokoh local yakni Barnabas Sarikromo sahabat Pastur Van Lith. Sarikromo adalah salah satu dari warga yang dibaptis pertama dan akhirnya pada tahun 1904 dan ditetapkan sebagai katekis pertama di daerah tersebut.

Dikisahkan, Sarikromo ketika muda kakinya sakit dan sulit disembuhkan. Dia berjanji jika kakinya bisa sembuh maka dia akan menjadi abdi Tuhan. Akhirnya penyakitnya bisa disembuhkan oleh Pastur Van Lith.

Selain itu, di tempat ini orang juga bisa menikmati keindahan pemandangan serta udara yang sejuk. Arsitektur bangunan juga terlihat artistic. Seluruh artistektur daerah ini dikerjakan oleh YB Mangunwijaya dan pernah meraih Aga Khan Awards.

Untuk mencapai daerah ini terdapat dua jalur yang bisa titempuh. Dari Jogja melewati Jalan Godean hingga Sentolo kemudian belok ke kanan. Selain itu juga bisa melewati Jalan Megelang hingga pertigaan Pasar Muntilan kemudian belok ke kiri. Jaraknya sekitar 45 kilometer, atau satu jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan bermotor.

Wednesday, July 2, 2008

Museum Wayang Kekayon

pakansi Museum Wayang Kekayon vacancy yogyakarta jalan-jalan jogjakartaMuseum Wayang Kekayon sudah dirintis oleh Prof Dr dr Sujono sejak tahun 1975 dengan berburu koleksi wayang ke berbagai penjuru nusantara. Dengan dana keluarga, tahun 1987 Yayasan Kekayon mulai membangun gedung dan baru tahun 1991 secara resmi museum dibuka di Jalan Yogyakarta-Wonosari Km 7 nomor 277.

Hingga saat ini museum Kekayoun ini memiliki sekitar 5.454 wayang dari 25 jenis wayang yang ada di Indonesia. Dari jenis wayang yang sudah terkenal seperti wayang kulit dan golek, berbagai wayang yang sudah langka seperti wayang kancil, wayang panji, hingga wayang kreasi baru. Bukan itu saja, di Museum ini juga dipaparkan tentang proses pembuatan wayang dari yang semula kulit mentah hingga selesai disungging atau ditatah.. Secara tidak langsung museum ini bertutur betapa bangsa ini kaya dengan karya seni indah dan adiluhung. Jenis wayang yang terkumpul masih sangat sedikit dibandingkan dengan jenis wayang di Indonesia yang diperkirakan 300 jenis.

Bukan hanya memajang berbagai koleksi wayang, di tempat ini juga terdapat kompleks bangunan manusia purba yang menggambarkan asal muasal manusia Indonesia. Selain itujuga terdapat kompleks Austronesia,menggambarkan masuknya peradaban baru ke Indonesia sehingga pertanian dan perdagangan menjadi maju, terutama berkat kedatangan orang-orang Cina.

Di bagian depan halaman museum, terdapat patung singa Borobudur, menandai masuknya peradaban Hindu Budha abad I-VII. Sedangkan kompleks menara air dengan atap berbentuk candi terletak di bagian kanan belakang museum, menggambarkan kejayaan Majapahit yang gemilang mempersatukan nusantara. Sedangkan kemajuan Islam digambarkan dengan bangunan menara Kudus.

Di museum ini pula pengunjung juga bisa mencocokkan zodiak dengan tokoh-tokoh dalam pewayangan dan meramal perwatakan anda. Adapula poster lain yang menggambarkan strategi perang yang dipakai ketika perang Batharayudha, baik oleh Pandawa maupun Kurawa, yang berhasil diterapkan.

Untuk pergi ke museum ini tidaklah sulit. Pengunjung bisa menggunakan angkutan umum jurusan Jogja-Wonosari. Harga tiket masuk ke museum ini Rp 2.000 untuk pelajar, Rp 3.000 untuk umum, Rp 5.000 untuk turis asing.

Tuesday, July 1, 2008

Goa Selarong

vacancy Goa Selarong pakansi yogyakarta jogjakarta jalan-jalanGoa Selarong terletak di bukit Selarong, di Desa Guwosari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, atau sekitar 14 kilometer arah selatan kota Jogja. Posisinya yang di atas bukit menjadikan pemandangan di daerah ini sangat indah.

Goa Selarong pernah menjadi markas Pangeran Diponegoro saat melawan Belanda dalam perang yang berlangsung pada tahun 1825-1830. Pangeran Diponegoro pindah ke goa Selarong setelah rumahnya di Tegalrejo dibakar Belanda.

Untuk mencapai goa Selarong ini tidak mudah. Harus melewati puluhan anak tangga buatan. Goa Selarong terdiri dari dua goa alam, yakni goa Kakung dan goa Putri. Goa Kakung terletak di sebelah barat berukuran 3 X 3 m dengan tinggi 180 cm, yang digunakan Pangeran Diponegoro sebagai tempat bersembunyi dan merancang perang melawan Belanda. Di goa yang merupakan ceruk buatan ini juga terdapat semacam tempat tidur, yang dipakai Sang Pangeran untuk beristirahat dan bermenung. Didinding goa Selarong ini ada sejumlah coretan Pangeran Diponegoro yang saying sudah tidak dapat terbaca lagi.

Sedangkan goa Putri terletak di sebelah timmur berukuran lebih luas, yakni 8 X 4 m dengan tinggi 180 cm. Goa ini merupakan ceruk alam, yang digunakan istri prajurit dan anak-anak. Goa Putri juga kerap dipakai sebagai tempat pertemuan untuk mengatur siasat perang.

Goa ini juga memiliki sejumlah peninggalan sejarah lainnya. Pada bagian depan goa terdapat sejumlah umpak, yakni alas penyangga tiang yang terbuat dari batu hitam. Juga, terdapat sendang yang digunakan sebagai tempat wudhu.

Monday, June 30, 2008

Museum Kapal Samudraraksa

Kapal Samudraraksa adalah sebuah kapal kayu yang dibuat pada tahun 2003 lalu dan sukses mengarungi samodra dengan menempuh jalur Jakarta-Afrika sebelum kemudian terdampar cukup lama di Ghana. Kata Samudraraksa mempunyai arti pelindung lautan.

Kapal itu dibangun dengan menggunakan bahan seluruhnya dari kayu oleh As’ad Abdullah yang berusia 69 tahun di pulau Pagerungan Kecil, kabupaten Sumenep, Madura. Pembuatannya dengan menggunakan teknologi tradisional dan dibantu sejumlah arsitek luar negeri. Awalnya, arsitek luar negeri sempat menilai kapal ini tidak akan bisa mengapung karena cara tradisinal As’ad. Baru setelah kapal ini bisa dioperasikan mereka baru percaya.

Pembuatan kapal ini diinspirasi oleh Philip Beale, mantan anggota angkatan laut Inggris yang berkunjung ke Borobudur pada 8 November 1982. saat melihat relief kapal di candi ini, dia puny aide untuk mecoba membuat kapal serupa dan melakukan ekspedisi.
Pada tanggal 15 Agustus 2003 kapal tersebut memulai ekspedisi jalur Kayu Manis yang menempuh Jakarta, Madagaskar dan Afrika. Pada Desember 2003 kapal ini mengakhiri eskpedisinya di Ghana. Karena sesuatu hal kapal tersebut akhirnya berhenti di Ghana. Dan setelah tujuh bulan di sana kemudian dibawa ke Indonesia dengan dipotong-potong terlebih dahulu.

Setelah dibawa kembali ke Candi Borobudur, kapal dengan ukuran panjang 18,29 meter, lebar 4,25 meter dan tinggi badan 2,25 meter tersebut kemudian dirangkai kembali. Selanjutnya diletakkan di museum yang dibuat secara khusus di komplek Candi Borobudur. Keberhasilan ekspedisi kapal ini membuktikan pada abad ke-8 orang sudah bisa membuat kapal dengan kekuatan yang hebat untuk mengarungi Samodra.

Dalam museum ini, anda dapat melihat betapa kokohnya kapal yang dibuat dengan cara tradisional. Anda juga dapat melihat benda-benda yang pernah digunakan pada saat melakukan pelayaran. Misalnya saja: peralatan memasak, peralatan rumah tanggasehari-hari, buku, CD dan Kaset. Bagi awak kapal buku menjadi pembunuh kejenuhan.

Kapal Samudraraksa terbagi menjadi 3 bagian, yaitu depan (kabin tempat tidur), tengah (ruang makan dan navigasi) dan buritan (ruang kemudi dan dapur). Dalam pelayarannya Kapal Samudraraksa dilengkapi dengan: 2 layar tanjak 2 buah kemudi cadik ganda dengan kecepatan 3 – 10 knot.

Sunday, June 29, 2008

Ambarketawang, ‘Istana’ Pertama Keraton Ngayogyakarta

Keberadaan Keraton Mataram Jogja tidak lepas dari Perjanjian Giyanti. Perjanjian yang ditandangani pada 13 Februari 1755 oleh Gubernur Jendral Jacob Mossel itu menyebutkan Negara Mataram dibagi dua. Setengah masih menjadi hak Kerajaan Surakarta, setengah lagi menjadi hak Pangeran Mangkubumi atau yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I.

Adapun daerah-daerah yang menjadi kekuasaannya adalah Mataram Jogja adalah Pojong, Sukowati, Bagelen, Kedu, Bumigede dan ditambah daerah Mancanegara yaitu Madiun, Magetan, Cirebon, separuh Pacitan, Kartosuro, Kalangbret, Tulungagung, Mojokerto, Bojonegoro, Ngawen, Sela, Kuwu, Wonosari, Grobogan.

Hamengku Buwono I segera menetapkan Mataram yang ada didalam kekuasaannya itu diberi nama Ngayogyakarta Hadiningrat dan beribukota di Ngayogyakarta. Ketetapan ini diumumkan pada 13 Maret 1755.

Tempat yang dipilih menjadi ibukota dan pusat pemerintahan ini ialah hutan yang disebut Beringin, tepatnya di sebuah desa kecil bernama Pachetokan. Di tempat ini sebenarnya telah ada pesanggrahan Garjitowati, yang dibuat oleh Susuhan Paku Buwono II yang namanya kemudian diubah menjadi Ayodya. Sultan Hamengku Buwono segera memerintahkan kepada rakyat membabat hutan tadi untuk didirikan Kraton.

Saat kondisi pesanggrahan Ambarketawang sudah banyak yang rusak. Sejumlah tembok sudah roboh tidak terawat. Juga terdapat sebidang areal kosong yang merupakan pintu gerbang menuju bagian dalam pesanggrahan. Disisi selatan pekarangan bekas alun-alun pesanggrahan.

Sampai saat ini pesanggrahan Ambarketawang masih secara rutin dijadikan tempat upacara Bekakak yang dilaksanakan setiap bulan Jawa Sapar. Penyelenggraan upacara saparan Gamping bertujuan untuk menghormati arwah Kiai dan Nyai Wirosuto sekeluarga. Kiai Wirosuto adalah abdi dalem penagsong payung yang melindungi Hamengku Buwono I yang dianggap sebagai cikal bakal penduduk Gamping. Dari arah kota Jogja, pesanggrahan ini bisa dicapai dengan melalui jalan Wates. Sesampainya di Pasar Gamping lantas berbelok ke kiri. Dari tempat ini sudah ada petunjuk arah menuju peanggrahan.

Saturday, June 28, 2008

Si Sebatangkara Banyu Nibo

Nama candi ini sebenarnya Banyu Nibo yang berarti air menetes. Namun karma lokasinya yang terpencil sendirian ditengah sawah orang kemudian menyebutnya dengan “Si Sebatangkara Banyu Nibo”. Candi ini terletak di sebelah selatan desa Cepit, kelurahan Bokoharjo, kecamatan Prambanan, kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Sejumlah sumber menyebutkan candi ini ditemukan dalam keadaan runtuh dan mulai diteliti dan digali mulai tahun 1940. Susunan bangunan Candi Banyu Nibo belum dapat diketahui secara pasti. Dari bagian-bagian yang sudah tampak dapat diketahui bahwa Candi Banyu Nibo terdiri atas satu candi induk, menghadap ke barat, dikelilingi oleh enam Candi Perwara dalam bentuk stupa-stupa yang disusun berderet di selatan dan timur Candi Induk. Kaki candi yang mempunyai ketinggian 2,5 meter itu dibangun di atas lantai batu. Pada sisi barat kaki candi terdapat tangga masuk. Pada masing-masing sudut kaki candi dan dibagian tengah masing-masing sisi kaki candinya (kecuali sisi sebelah barat), terdapat hiasan berupa “Jaladwara”.

Candi Banyu Nibo termasuk bangunan suci Budha yang cukup kaya ornamen. Hamper pada setiap bagian candi diisi oleh bermacam-macam hiasan dan relief, meskipun bagian yang satu dengan yang lain sering ditemukan motif hiasan yang sama. Candi ini dapat dicapai dengan kendaraan umum (kopades) dari simpang tiga jalan raya Yogya – Solo, pertigaan Pasar Prambanan, apabila menggunakan kendaraan pribadi dapat langsung ke lokasi dengan mengambill arah ke selatan (arah Piyungan) hingga tiba di komplek SKSD Palapa DIY. Perjalanan selanjutnya dilakukan dengan berjalan kearah timur sejauh kurang lebih 1 km.

Friday, June 27, 2008

Puncak Suroloyo, Keindahan berselimut Mitos

Puncak Suroloyo merupakan bukit tertinggi di kawasan pegunungan Menoreh yang terletak di kabupaten Kulonprogo. Selain memiliki pemandangan yang indah, tempat ini juga memiliki berbagai cerita dan mitos yang cukup kuat.

Di daerah dengan ketinggian sekitar 1.100 meter diatas permukaan air laut ini, orang bisa menyaksikan bentangan alam yang begitu indah. Jika cuaca cerah, biasanya pada pagi hari, orang bisa memandang empat gunung besar di jawa yakni Merapi, Merbabu, Sumbing, dan Sindoro. Dari tempat ini puncak Candi Borobudur yang berada di Magelang juga bisa dilihat dengan jelas.

Tempat ini juga mempunyai kaitan sejarah dengan Kerajaan Mataram Islam. Dalam Kitab Cabolek yang ditulis Ngabehi Yasadipura pada sekitar abad ke-18 menyebutkan, suatu hari Sultan Agung Hanyokrokusumo yang kala itu masih bernama Mas Rangsang mendapat wangsit agar berjalan dari Keraton Kotagede kearah barat. Petunjuk itupun diikuti hingga dia sampai di puncak Suroloyo ini. Karena sudah menempuhjarak sekitar 40 km, Mas Rangsang merasa lelah dan tertidur di tempat ini. Pada saat itulah, Rangsang kembali menerima wangsit agar membangun tapa di tempat dia berhenti. Ini dilakukan sebagai syarat agar dia bisa menjadi penguasa yang adil dan bijaksana.

Selain itu, puncak ini juga diselimuti mitos sebagai pusat atau titik tengah Pulau Jawa. Sebagian masyarakat Jawa percaya, jika ditarik lurus dari utara ke selatan, serta dari barat ke timur di atas pulau jawa, maka akan bertemudi puncak Suroloyo.

Puncak Suroloyo terletak di dusun Keceme, Gerbosari, kecamatan Samigaluh, Kulonprogo. Ada dua jalur untuk bisa mencapai tempat ini yakni jalan Godean – Sentolo – Kalibawang dan dari jalan Magelang - Pasar Muntilan – Kalibawang. Jalur menuju tempat ini cukup sulit karena penuh tanjakan dan berbelok-belok. Sampai saat ini daerah ini memang hanya bisa dicapai dengan kendaraan pribadi saja.

Di puncak ini terdapat tiga gardu pandang yang mempunyai nama sendiri-sendiri yakni Suroloyo, Sariloyo dan Kaendran.

Jika ingin berkunjung ke tempat ini, waktu terbaik adalah ketika matahari terbit sampai sekitar pukul 09.00 WIB. Pada saat itu pemandangan terlihat bersih dan jelas. Karena lokasi yang jauh, sebagian orang memilih untuk menginap di tempat ini agar bisa menikmati pemandangan indah Suroloyo. Keep Enjoy

Thursday, June 26, 2008

Keindahan Kepakan Sayap Blekok dan Kuntul

vacancy yogyakarta Keindahan Kepakan Sayap Blekok dan Kuntul jalan-jalan ke jogjakartaDesa Ketingan terletak di Mlati, Sleman. Di tempat ini pengunjung bisa menyaksikan ribuan burung Blekok (Ardeola speciosa) dan Kuntul (Bubulcus ibis) silih berganti terbang mengitari atas rumah-rumah penduduk.

Di pagi hari, sebagian dari burung-burung itu secara bergerombol membentuk barisan terbang kea rah barat dan selatan menjauhi Dusun Ketingan untuk mencari makan. Dan lainnya tetap tinggal di pepohonan yang rimbun untuk menjaga anak-anak mereka yang baru saja lahir.

Di antara burung-burung itu, beberapa turun ke tanah berebut cacing atau makanan lain dengan ayam-ayam piaraan warga. Sesekali pula burung itu mengambil ranting pohon yang jatuh di tanah lalu membawanya ke atas untuk dibikin sarang. Mereka seolah tidak peduli dengan aktivitas wrga yang pagi itu mulai bekerja pula.

Atas dukungan penuh Pemkab Sleman serta Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi DIY dicanangkanlah Dusun Ketingan sebagai desa wisata. Di dusun itu, burung kuntul dan blekok dilindungi dari tindakan yang dapat menurunkan jumlah populasi, dan saat ini diperkirakan jumlahnya mencapai 40.000 ekor.

Semenjak menjadi desa wisata, dusun Ketingan tak pernah sepi dari wisatawan, terutama jika musim liburan. Mereka yang datang kebanyakan siswa-siswa sekolah dari Jakarta, Surabaya, dan kota-kota lainnya.

Tak jarang pula turis asing menginap di situ. Tapi biasanya mereka datang sekitar Desember karena mereka mengamati burung-burung itu dimasa musim kawin.

Setiap tamu jika berwisata di Dusun Ketingan hanya ditarik Rp 50.000/hari. Biaya itu sudah termasuk tidur dan makan. Dipagi hari para tamu bisa melihat burung-burung Kuntul dan Blekok terbang meninggalkan Dusun Ketingan disamping menonton burung-burng yang lainnya turun ke tanah berebut makan dengan ayam piaraan penduduk.

Sore hari, dengan berjalan kearah timur sekitar 200 meter, dipinggir hamparan sawah yang luas, para wisatawan bisa melihat burung-burung kuntul dan blekok datang secara bergelombang setelah seharian mencari makan.

Wednesday, June 25, 2008

Melacak Jejak Sultan Agung

vacancy yogyakarta melacak jejak sultan agung sitihinggil Keraton Mataram Islam Kerto pakansi jogjakartaSultan Agung Hanyokrokusumo, atau yang lebih dikenal dengan Sultan Agung merupakan salah satu tokoh besar yang pernah dimiliki negeri ini. Pada masanya, Kerajaan Mataram Islam mencapai masa keemasaan. Raja Mataram Islam ke-3 ini juga dikenal dengan tindakan heroic dengan penyerbuan ke Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC). Langsung ke basisnya yang berkedudukan di Batavia, saat ini Jakarta.

Namun sayang, nyaris tidak ada peninggalan secara fisik yang ditinggalkan Sultan Agung. Berbeda dengan Keraton Mataram di Kotagede yang lebih tua, justru ada banyak peninggalan fisik yang masih bisa dilihat jejaknya. Meski dari sisi budaya banyak hal yang ditinggalkan Sultan Agung seperti akulturasi unsur-unsur kebudayaan Jawa dengan Hindu dan Islam seperti Garebeg, pembuatan tahun Saka dan kitab filsafat Sastra Gendhing serta menyamakan penanggalan Jawa dengan penanggalan Arab.

Penggalian tim arkeologi Dinas Kebudayaan DIY, di situs Lemah Dhuwur di Kerto, Pleret, Bantul, sekitar 10 km selatan Jogja sedikit menemukan jejak raja yang berkuasa pada tahun 1613 – 1645 itu. Penggalian di lahan seluas 0,5 hektar sejak awal Mei 2007 berhasil menemukan tatanan batu andesit membentuk tangga. Analisa sementara, bangunan yang sedang digali ini dulunya merupakan Sitihinggil Keraton Mataram Islam Kerto.

Keraton Mataram pindah dari Kotagede ke Pleret pada masa Sultan Agung, setelah dia menggantikan Mas Jolang atau Panembahan Sedo Krapyak. Di bawah pemerintahan Sultan Agung yang memiliki nama kecil Mas Rangsang ini, Mataram mengalami masa kejayaan. Pada tahun 1681 Keraton Mataram kemudian dipindahkan ke Kartosuro oleh Amangkurat II, cucu Sultan Agung yang memerintah pada tahun 1677 – 1703.

Belum jelas penyebab kepindahan keratin ini, kemungkinan rusaknya keratin karena perang Trunojoyo yang terjadi sejak Amangkurat I. Amangkurat II dengan bantuan VOC berhasil mengalahkan Trunojoyo dengan kompensasi harus menggadaikan pelabuhan Semarang, dan Mataram harus mengganti kerugian akibat perang kepada VOC. Melalui Perjanjian Giyanti pada 1755 Mataram Islam kemudian dibagi menjadi dua yakni Jogja dan Solo.

Penggalian situs ini dilakukan berdasarkan catatan harian seorang Belanda bernama Jan Vos, dia menyebutkan pada sekitar tahun 1624 dirinya pernah berkunjung ke Kerajaan MAtaram Islam di bawah pimpinan Sultan Agung yang berada di Charta atau Kerto. Dalam catatan tersebut dia menggambarkan kerjaan yang dia kunjungi sangat besar dan megah.

Situs Pleret terletak di kabupaten Bantul. Untuk mencapai daerah ini bisa dengan menggunakan angkutan umum jurusan Jogja-Imogiri. Berhenti di perempatan Pleret dan berjalan kearah Timur.

Tuesday, June 24, 2008

Pantai Siung, Surga Para Petualang


Pantai Siung terletak di kawasan desa Purwodadi kecamatan Tepus, kabupaten Gunungkidul. Dengan ratusan tebing curam, kawasan ini seolah menjadi surga bagi para petualang, khususnya yang gemar melakukan panjat tebing.

Sebagai pendukung kegiatan panjat tebing, di wilayah pantai ini juga terdapat bumi perkemahan yang berada di sisi timur pantai. Pendatang yang menginap juga diperbolehkan menyalakan api unggun dengan syarat tetap menjaga lingkungan. Di tempat ini, pengunjung juga bisa menikmati ikan baker yang dibeli langsung dari nelayan yang pulang melaut.

Pantai Siung juga merupakan salah satu habitat penyu. Jika beruntung, pengunjung bisa menyaksikan penyu naik ke daratan untuk bertelur. Namun siapa yang ketahuan mengganggu binatang-binatang ini, harus siap menanggung resiko sanksi tegas dari penjaga pantai.

Di tempat ini juga dibangun sebuah rumah panggung yang juga bisa digunakan untuk menginap. Bentuknya yang menghadap ke pantai, menjadikan orang bisa dengan nyaman menikmati keindahan Siung yang mempunyai hamparan pasir putih.
Bukan hanya penyu saja yang bisa dinikmati pengunuung pantai ini. Saat malam, ratusan kera ekor panjang turun dan bermain-main di pantai,. Kera jenis ini termasuk binatang yang dilindungi, sehingga menangkap atau membunuh mereka juga menjadi larangan keras.

Suing mulai dikenal sebagai tempat olah raga panjat tebing, ketika sekitar tahun 1989 sekelompok pecinta alamdari Jepang melakukan olah raga tersebut di tempat ini. Pada tahun 1990-an tempat ini juga menjadi ajang kompetisi Asian Climbing Gathering. Dan sekarang, lebih dari 200 titik telah menjadi jalur olah raga petualangan tersebut.

Pantai ini terletak sekitar 5 km dari wonosari, ibu kota kabupaten Gunungkidul atau sekitar 80 km dari kota jogja. Jika menggunakan angkutan umum, memang belum begitu mudah, karena angkutan umum hanya sampai kecamatan Tepus saja, sementara angkutan ke pantai belum ada. Jika menggunakan kendaraan pribadi lebih mudah. Apalagi jalur sampai ke pantai seluruhnya sudah di aspal.

Monday, June 23, 2008

Kampung Gudeg Wijilan

vacancy yogyakarta kampung gudeg wijilan yu djum pakansi gudeg yu djum barek slemanGudeg menjadi salah satu ikon tersendiri bagi Jogja. Dan jika bicara makanan khas yang berbahan utama nangka muda ini tidak bisa dipisahkan dengan daerah kampong Wijilan yang terletak di seberang timur Alun-alun Utara Kraton Jogja.

Wijilan mempunyai sejarah panjang hingga menjadi kampong gudeg. Pada tahun 1942, seorang perempuan bernama Bu Slamet untuk pertama kalinya mendirikan warung gudeg di daerah ini. Beberapa tahun kemudian warung gudeg di daerah itu bertambah dua, yakni warung gudeg Campur Sari dan warung gudeg Ibu Djuwariah yang kemudian dikenal dengan sebutan gudeg Yu Djum yang begitu terkenal sampai sekarang.

Ketiga gudeg tersebut mampu bertahan hingga 40 tahun. Sayangnya, sekitar 1980-an warung Campur Sari tutup dan baru 13 tahun kemudian muncul satu lagi warung gudeg dengan label gudeg Ibu Lies. Sampai saat ini warung makanan khas ini berjumlah puluhan buah.

Gudeg Wijilan memang bercita rasa khas, berbeda dengan gudeg pada umumnya. Gudegnya kering dengan rasa manis. Cara masaknya pun berbeda, yakni dengan merebus selama 24 jam dengan suhu 100 derajat celcius. Cara memasak seperti ini menjadikan gudeg wijilan bisa bertahan berhari-hari. Sehingga bagi anda yang berasal dari luar Jogja yang ingin membawa oleh-oleh gudeg tidak perlu khawatir akan basi.

Untuk mencapai daerah ini juga tidak terlalu sulit. Dari Alun-alun utara anda cukup naik becak atau dokar (andong) dengan tarif tidak lebih dari Rp 5.000.

Sebenarnya di Jogjakarta selain kampong Wijilan juga ada daerah lain yang juga merupakan sentra gudeg. Salah satunya adalah daerah Barek, sleman.

Uji Nyali di Masangin

vacancy yogyakarta alun-alun selatan pakansi jogjakarta berjalan diantara dua beringinMasangin atau masuk di antara dua beringin adalah permainan unik yang hanya digelar di Alun-alun Selatan Keraton Jogja, dan selalu dilakukan pada malam hari.

Cara permainan ini terlihat sepele. Seseorang dengan ditutup matanya berjalan dari pinggir utara Alun-alun Selatan. Orang tersebut kemudian berjalan kea rah selatan dan harus bisa lewat antara dua Beringin kurung yang terletak di tengah-tengah alun-alun tersebut. Jika berhasil melewati dua beringin itu, seseorang dinyatakan berhasil. Sebaliknya, dia dinyatakan gagal jika jalannya melenceng dari arah yang ditentukan.

Sekali lagi, permainan ini terlihat sepele dan mudah, apalagi jarak antara dua beringin kurung cukup luas yakni sekitar 15 meter. Tetapi, dalam pratiknya banyak yang gagal melakukannya. Banyak yang jalannya melenceng jauh dari dua beringin. Ada yang hanya berputar-putar tanpa arah yang jelas. Bahkan ada yang justru berbalikarah menuju titik awal dia berjalan.

Tidak ada yang bisa menjelaskan kenapa begitu sulit untuk menerobos dua buah beringinyang cukup luas tersebut. Tetapi ada pendapat kebersihan hati seseorang ikut menentukan berhasil atau tidaknya mereka melakukan Masangin. Jika hatinya bersih, dia akan berhasil. Sebaliknya jika hatinya tidak bersih, dia akan melenceng, semakin tidak bersih hatinya maka semakin sulit dah hanya berputar-putar.

Pada saat-saat tertentu ada panitia yang mengkoordinir acara ini. Tentu saja ada hadiah yang menarik bagi yang berhasil menang. Tetapi, jika tidak ada yang mengkoordinir, orang bisa mencoba sendiri tentu dengan pengawasan orang lain. Jika tidak membawa alat penutup mata, di tempat ini juga ada orang yang menyewakan dengan harga murah.

Selain bisa bermain, banyak hal yang bisa dilakukan di Alun-alun Selatan. Pada sore har, orang bisa merasakan naik bendi yang ditarik kuda poni berkeliling Alun-alun. Atau juga bisa naik gajah milik keraton Jogja. Malam harinya, orang bisa duduk santai sambil minum wedang jahe dan makan jagung bakar.