Goa Maria Tritis, dari keangkeran ke kedamaian
Sebelum 1974, goa ini sangat sepi. Selain tempatnya terpencil, Goa Tritis yang berada di Kecamatan Paliyan ini semula dikenal sebagai goa yang angker.
Kalaupun ada yang datang, biasanya untuk keperluan mistik seperti bertapa.
Namun saat ini, Goa Tritis berubah total. Dari semula goa yang angker dan dihindari orang, kini tempat ini justru didatangi ribuan umat Katolik. Goa ini juga menjadi tempat orang mencari kedamaian. Terlebih ketika Mei dan Oktober yang bagi umat Katolik disebut Bulan Maria. Pada bulan-bulan ini Paroki Wonosari menjadwalkan tiap Minggu diselenggarakan ibadah ekaristi didahului prosesi jalan salib. Selama Mei 2008 lalu Goa Maria Tritis ini dikunjungi tidak kurang dari 25 ribu umat Katolik dari seluruh Indonesia.
Goa Maria Tritis, pertama dikenal umat Katolik sekitar tahun 1974. Pertama kali yang menemukan goa ini adalah seorang siswa SD Sanjaya Giring yang kemudian dilaporkan kepada Romo (pastor) Al. Hardjosudarmo SJ yang saat itu kebingungan mencari tempat untuk merayakan hari natal. Tempat ini akhirnya mendapat pemberkatan dari Uskup Agung Kardinal Darmojuwono SJ. Sejak mendapat pemberkatan itulah, Goa Tritis, banyak dikunjungi umat Katolik dari berbagai penjuru Nusantara.
Goa yang juga menjadi taman lourdes-nya Paroki Wonosari ini nampak masih asri dengan tetesan air dari langit-langit goa yang mengandung air kapur dan memunculkan stalaktit dan stalagmit yang memberi daya tarik tersendiri.
Goa Maria Tritis ini terletak di Dustin Bulu, desa Giring Kecamatan Paliyan Gunungkidul sekitar 17 kilometer arah selatan dari pusat ibu kota Kabupaten Wonosari atau sekitar 7 kilometer ke arah utara dari pantai Baron. Sampai sekarang belum ada jalur angkutan umum yang mencapai Goa Maria Tritis. Untuk menuju ke sana, dari kota Wonosari mengambil arah Paliyan. Sampai pertigaan Giring belok sekitar 7 kilometer.
Goa Maria Tritis, pertama dikenal umat Katolik sekitar tahun 1974. Pertama kali yang menemukan goa ini adalah seorang siswa SD Sanjaya Giring yang kemudian dilaporkan kepada Romo (pastor) Al. Hardjosudarmo SJ yang saat itu kebingungan mencari tempat untuk merayakan hari natal. Tempat ini akhirnya mendapat pemberkatan dari Uskup Agung Kardinal Darmojuwono SJ. Sejak mendapat pemberkatan itulah, Goa Tritis, banyak dikunjungi umat Katolik dari berbagai penjuru Nusantara.
Goa yang juga menjadi taman lourdes-nya Paroki Wonosari ini nampak masih asri dengan tetesan air dari langit-langit goa yang mengandung air kapur dan memunculkan stalaktit dan stalagmit yang memberi daya tarik tersendiri.
Goa Maria Tritis ini terletak di Dustin Bulu, desa Giring Kecamatan Paliyan Gunungkidul sekitar 17 kilometer arah selatan dari pusat ibu kota Kabupaten Wonosari atau sekitar 7 kilometer ke arah utara dari pantai Baron. Sampai sekarang belum ada jalur angkutan umum yang mencapai Goa Maria Tritis. Untuk menuju ke sana, dari kota Wonosari mengambil arah Paliyan. Sampai pertigaan Giring belok sekitar 7 kilometer.