Monday, September 15, 2008

Kembang Lampir, petilasan Pemanahan

Kembang Lampir merupakan. petilasan. Ki Ageng Pemanahan yang terletak di Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul. Tempat ini merupakan pertapaan Ki Ageng Pemanahan ketika mencari wahyu karaton Mataram.

Ki Ageng Pemanahan merupakan keturunan Brawijaya V dari kerajaan Majapahit. Dalam bertapa itu akhirnya ia mendapat petunjuk dari Sunan Kalbaga bahwa wahyu karaton berada di Dusun Giring, Desa Sodo, Kecamatan Paliyan, Gunung Kidul. Untuk itu ia diperintahkan oleh Sunan Kalijaga untuk cepat-cepat pergi ke sana. Sampai di Sodo ia singgah ke rumah kerabatnya, Ki Ageng Giring.

Namun selanjutnya dalam perburuan wahyu keraton, justru Ki Ageng Giring yang mendapatkan berupa kelapa. muda (degan) yang jika diminum maka keturunannya akan menjadi raja di tanah Jawa.

Namun, ketika degan itu sedang di tinggal Ki Ageng Giring, Ki Ageng Pemanahan yang baru datang dari Kembang Lampir datang dan langsung meminum degan tersebut. Akibatnya, keturunan dialah yang kemudian menjadi Mataram.

Untuk dapat sampai ke tempat pertapaan ini pengunjung harus melewati anak tangga, permanen yang telah dibangun. Adapun denah kompleks Kembang Lampir berbentuk angka 9 (sembilan). Hal ini sebagai tanda, bahwa kompleks itu dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwana IX. Bangunan yang ada di sana antara, lain : Bangunan induk sebagai tempat penyimpanan pusaka Wuwung Gubug Mataram dan Songsong Ageng Tunggul Naga serta dua buah Bangsal. Prabayeksa di kanan dan di kiri. Sebagai penghormatan kepada para pepundhen Mataram di kompleks itu juga dibangun beberapa patung antara lain Panembahan Senapati dan Ki Ageng Pemanahan, serta Ki Juru Mertani.

Situs sejarah Mataram ini sebenarnya sangat menarik untuk dikunjungi para peneliti, sejarawan, pelajar, dan wisatawan umum. Namun untuk mengunjungi ada beberapa syarat yang kadang sulit dipenuhi seperti harus membawa kembang telon ‘tiga jenis’ minyak wangi, dan kemenyan. Selain itu ada juga aturan pengunjung dilarang menggunakan baju berwarna ungu terong dan hijau lumut.

3 comment:

Anonymous said...

seorang juru kunci yang benar-benar mengabdi kepada kebenaran, pastinya tidak membuat sebuah syarat yang menyesatkan. Sesungguhnya wewangian dan persyaratan yang di wajibkan oleh sang juru kunci hanyalah bentuk ketidak tahuanya tentang sejarah yang sebenarnya.

Siapa yang bisa menceritakan tentang Kembang Lampir yang sebenarnya?

Dia yang memiliki wahyu...


Titisan kyai mataram

sri sudewi said...

kok saya juga bingung ya, untuk apa memaksakan antara keinginan juru kunci dengan sejarah yang asli. bukannya saya tidak percaya dengan hal yang klenik tapi jangan terlalu membebankan ke pengunjung kalau tujuannya untuk mengetahui kebenaran sejarah.

sampun sejarahipun sampun benten njih...

Anonymous said...

Syaratnya pakai kembang telon, dupo dan rokok sampurno 1 bungkus, serta ngasih dana seikhlasnya....

Memang cukup memprihatinkan, kalo pake dana sih masih bisa ditolirir..
tapi kok ada rokoknya segala..??