Friday, September 5, 2008

Malioboro, jantung yang terus berdenyut

pakansi malioboro, jalan-jalan malioboro yogyakartaMalioboro. Nama ini tidak bisa dipisahan dengan Jogja. Ruas jalan sepanjang kurang lebih 2 km ini menjadi ikon penting dari kota pelajar ini. Datang ke Jogja, hampir tidak mungkin untuk tidak datang di daerah ini.
Malioboro yang terletak pada sumbu lurus antara Tugu Jogja dan Kraton merupakan sebuah pusat perdagangan yang dikembangkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I sejak 1758. Nama Malioboro diambil dari nama seorang petinggi tentara Inggris yaitu. Marlborough yang pernah tinggal di daerah ini pada sekitar 1811-1816.
Namun versi lain menyebutkan nama Malioboro muncul karena pada masa lalu jalan ini selalu dipenuhi dengan karangan bunga setiap kali Keraton melaksanakan-perayaan, Malioboro yang dalam bahasa Sansekerta.
Malioboro juga menjadi daerah Yang memiliki sejarah panjang. Berbagai gedung sejarah terletak di sepanjang jalan ini seperti Gedung Agung yang merupakan rumah Gubernur Jendral Belanda, Benteng Vredeburg yang merupakan benteng peninggalan Belanda, Hotel Garuda yang menjadi tempat pembesar dan jendral-jendral Belanda masa lalu menginap berada di jalan ini. Satu lagi, Pasar Beringharjo yang merupakan bagian dari sejarah Keraton Jogja juga terletak di daerah ini.
Hingga saat ini, Malioboro tetap memiliki kharisma yang kuat sebagai sebuah tempat yang selalu menjadi pusat perhatian setiap wisatawan Yang datang ke Jogja.
Pada masa lalu, selain dikenal sebagai pusat perbelanjaan, kawasan ini juga dikenal sebagai daerah seniman. Banyak seniman-seniman yang mengawali karirnya sebagai seniman jalanan di daerah ini. Berbagai komunitas seni tumbuh dan berkembang dengan baik. Namun saat ini, seiring perjalanan waktu, nuansa seni di Malioboro semakin tergeser dengan nuansa bisnis. Malioboro semakin identik dengan kawasan ekonomi dan pusat perbelanjaan.
Pada siang hari, berkunjung ke Malioboro orang bisa mendapatkan berbagai souvenir yang jumlahnya ribuan dan harga relatif terjangkau, terlebih jika bisa menawar. Sedangkan malam hari, kawasan ini khas dengan makanan lesehannya.

0 comment: